Ads Top

Cerpen: Tertipu Persekongkolan Jahat Para Setan (Lanjutan 2)

Sastra perlawanan

“Bardah, aku akan membuat pernyataan!”


“Pernyataan?! Apa maksudmu, Mujab?”


“Pernyataan supaya aku mendapat vonis yang ringan. Kau tahu, Bardah, musuh yang kita hadapi itu adalah para raksasa. PT. Semen dan juga PT. Hutan Inc. bukanlah perusahaan kecil. Mereka adalah perusahaan raksasa di negeri ini. Bahkan kalau kau tahu, modal PT Semen itu transnasional. Melibatkan bank-bank besar di luar negeri…” Mujab berkata sambil menatap tajam Bardah.


Bardah tercenung beberapa saat. Ia diam membayangkan wajah monster seram kukuh yang setiap saat bias saja menyorongkan tubuh hitam ringkihnya ke dalam penjara. Sebagai warga Negara yang baik, Bardah memang tidak pernah dalam kesadarannya melakukan pelanggaran hukum. Tapi di sisi lain ia sadar, kondisi hukum secara umum penuh centang perentang. Hukum bisa saja berubah menjadi mata tombak yang sangat tajam bagi masyrakat kecil seperti dirinya. Hukum tidak lagi mengabdi pada keadilan, tapi hukum lebih menjadi jaring pengaman bagi korporat-korporat untuk terus melakukan penindasannya terhadap kemanusiaan sembari menumpuk keuntungan. Dan dalam kondisi seperti ini pula, tak mengherankan jika kemudian hukum harus berhadapan dengan mereka yang terus istiqomah di jalur perlawanan. Baik langsung atau tidak!


“Bagaimana, Bardah?”


Bardah terdiam. Di kepalanya berkelebat ribuan kesangsian.


“Tampaknya kau ragu, Bardah?! Apa yang kulakukan ini bukan atas inisiatipku sendiri. Beberapa kali Jaksa Aju sudah ngomong ke aku, baik langsung ataupun lewat Pak Kepala Desa. Baik sekarang begini saja, nanti siang kita ketemuan di kedai sebelah goa.”


“Untuk?!” Bardah menyergah.


“Kita akan ketemu Pak Bagas!”


“Pak Bagas Intel?”


“Yeah… siapa lagi?”


Bardah segera mendekatkan mukanya ke wajah Mujab.


“Apa urusannya dengan Pak Bagas?” Tanya Bardah.


Mujab tersenyum penuh kelicikan. Lalu dengan suara berat ia berkata,


”Pak Bagas sudah tahu peristiwa ini sejak awal. Nah, tentu beliau paham pula bagaimana kita bisa menghindari kasus ini. Kau harus percaya, Bardah. Pak Bagas pasti akan memberikan solusinya…”


“Tapi…”


“Tapi kenapa, Bardah?”


“Bagaimana dengan Suto?”


***

Masih ada lanjutannya


No comments: